Rabu, 10 Juni 2009

Resensi Buku "Tanah Air Bahasa : Seratus Jejak Pers Indonesia"

Judul Buku : Tanah Air Bahasa : Seratus Jejak Pers Indonesia

Penerbit : I:BOEKOE

Tahun : 2007

Buku ini menceritakan seratus tokoh yang berpengaruh dalam sejarah pers Indonesia. Sebanyak lima belas penulis yang tergabung untuk menyusun buku ini. Penyusunan tokoh-tokoh ini bukan disandarkan pada rangkingisasi dan berdasarkan bobot jawara.

Kita sebagai pembaca akan disuguhkan biografi-biografi singkat para tokoh yang menakjubkan. Mereka begitu memiliki dedikasi yang tinggi dengan profesinya sebagai seorang jurnalis. Para jurnalis yang profesional dan masing-masing memiliki idealisme yang berbeda.

Salah satu tokoh yang diceritakan di buku ini adalah Atang Ruswita. Atang Ruswita lahir 23 April 1933 di desa Batujajar, Kabupaten Bandung. Masa kanak-kanak hingga remajanya yang dihabiskan di Batujajar jauh dari kehidupan literasi. Ia meniti karir jurnalistik dar bawah yaitu sebagai korektor surat kabar Pikiran Rakyat setamat SMA pada tahun 1954. Sebelumnya, ia hanya menjadi anggota kolom remaja “Kuntum Mekar” di Lembaran Mingguan Pikiran Rakyat.

Dari korektor, ia meningkat menjadi wartawan daerah di sejumlah daerah di Jawa Barat. Sempat setahun menjadi koresponden PR di Tasikmalaya, kemudian ditarik menduduki desk editor (1960-1968). Pada 1969, ia menjadi Pemimpin Redaksi PR. Kemudian didaulat menjadi pemimpin umum pada tahun 1983. Hampir seluruh waktunya untuk bergelut di dunia pers.

Kala persaingan dunia pers semakinketat. Atang Ruswita membangun koran-koran daerah. Koran-koran itu ditujukan untuk menjadi tameng menghadapi serbuan pesaing di daerah kekuasaan PR. Maka lahirlah Pakuan di Bogor, Mitra Dialog di Cirebon, Fajar Banten di Banten, dan Priangan di Tasikmalaya.

Keberhasilan Atang Ruswita menahkodai Pikiran Rakyat Group patut diacungi jempol. Dengan pendidikan formal yang biasa dan selebihnya otodidak yang terus-menerus balajar, prestasinya memimpin surat kabar patut dihargai. Atang Ruswita mampu berhasil memimpin PR untuk melewati era pertarungan ideologi.

Atang Ruswita sering berpesan, “Tempatkan diri anda tidak melebihi dari sumber berita. Bersikaplah low profile. Jangan merasa lebih pandai dari sumber berita. Bersikaplah selalu rendah hati”. Atang Ruswita meninggal di Bandung, 13 Juni 2003.

Selain Atang Ruswita, masih ada 99 tokoh lainnya. Setelah membaca buku ini, kita sebagai pembaca akan terinspirasi dari berbagai kisah hidup mereka. Bagi yang akan dan sudah terjun di dunia jurnalistik, mereka sangat pentas menjadi teladan yang baik di duni jurnalistik.



(Berdasarkan hasil membaca pemilik blog)

1 komentar:

  1. salam kenal.

    saya Tendi. saya berencana membuat penelitian biografi Atang Ruswita, alm. bila saya mencari buku ini untuk bahan referensi, di mana saya bisa mendapatkannya? karena saya baru mendengar buku ini, dan belum pernah melihatnnya.
    adakah buku referensi lain yang anda rekomendasikan?
    terima kasih

    BalasHapus