Rabu, 10 Juni 2009

PIDI BAIQ, "Penulis Buku Serial Drunken"



Kota Bandung terkenal sebagai kota berkumpulnya orang-orang yang kreatif. Banyak musisi dan artis ternama kelahiran Kota Bandung. Salah satunya adalah Pidi Baiq yang eksis dalam berbagai karya seni. Namanya sudah dikenal sejak dahulu, namun lebih terkenal saat Pidi Baiq mengeluarkan buku Drunken Monster dan Drunken Molen. Buku ini cukup diminati banyak pembaca karena kisah-kisah kesehariannya yang penuh dengan humor dituangkan begitu menarik dalam dua buku tersebut.

Kegiatannya sehari-hari adalah pengajar di Bimbingan Belajar Villa Merah. Villa Merah khusus mempersiapkan calon mahasiswa yang akan mengikuti tes ujian Fakultas Seni Rupa dan Design Institut Tekologi Bandung. Pada bimbingan belajar tersebut, Pidi Baiq sebagai pengajar dalam pelajaran menggambar. Keahliannya dalam menggambar juga dibuktikannya di Penerbit Mizan sebagai ilustrator.

Ayah beranak satu ini sedang sibuk mempersiapkan buku ketiganya yaitu Drunken Mama yang merupakan edisi terakhir dari serial Drunken. Pidi Baiq yang terinspirasi dari berbagai macam orang dan apapun di sekitarnya juga sedang sibuk mempersiapkan album The Panas Dalam yang baru. The Panas Dalam merupakan band yang sudah terkenal di Bandung, Pidi Baiq merupakan mantan vocalis dan pencipta semua lagu.

Perbincangan dilakukan di kediamannya Jl. Banyu Biru XI No. N3 Komp. Pasir Pogor, Senin (1/12). Berikut petikan wawancaranya…

Masa kecil anda seperti apa yang menginspirasi menjadi kreatif seperti sekarang ini ?

Mungkin saya suka bikin macem-macem sedari kecil

Siapa yang menjadi inspirasi?

Semua orang yang berada di luar menjadi inspirasi. Karena saya menyukai kebekuan, semakin banyak orang yang beku, semakin saya melawan kebekuan.

Mengapa anda memilih FSRD setelah lulus SMA ?

Karena satu takdir, kedua karena suka menggabar atau nggak suka yang lainnya gitu atau nggak tau aja masuk ke situ.

Anda begitu memiliki banyak karya dan aktif di berbagai kegiatan. Sebenarnya profesi apa yang anda geluti saat ini ?

Banyak, ya masak, ngajar terus menulis,menggambar, dan menyanyi.

Jadi seniman ?

Bukan.

Bukan seniman?

Bukan apa-apa, pemuka agama saya mah….hahaha…

Saat ini anda sedang sibuk apa?

Sekarang mendesigne perangko, udah selesai sih…

Perangko untuk apa ?

Pos Indonesia. Terus saat ini mau mengerjakan shalat duha jam sepuluh (sambil melihat jam dinding), eh udah lewat gara-gara wawancara jadi nggak shalat dhuha.

Terus apa ya menyiapkan album, bikin buku ke tiga, banyaklah…

Rencana ke depan dalam hidup ?

Saya mau buka warnet, udah cukup modal tapi nggak ada waktu aja. Masa depan kan masa yang belum kita injak, jadi yang ringan-ringan aja, kalau berat-berat pusing. Saya juga mau ngeluarin buku bulan depan.

Bagaimana awal mulanya terbentuk band The Panas Dalam ?

Panas dalam itu dibikin bukan sebagai band tapi negara. Iya di ITB kan memproklamasikan diri tahun 1995 memisahkan diri dari Indonesia karena kalau jadi warga negara Indonesia pada waktu orba itu kan berarti jadi budak siapa pemiliknya soeharto, nah daripada jadi budak soeharto memerdekakan diri bikin negara namanya Negara Kesatuan Republik The Panas Dalam, tahun 98 Soeharto turun bergabung lagi sama Indonesia namanya Daerah Istimewa The Panas Dalam gitu.

Terus tiba-tiba jadi band ?

Tiba-tiba jadi band karena saya kan pergi keluar pas balik lagi ke Indonesia penduduknya nggak ada hanya tinggal beberapa jadi bikin band ajalah…

Alirannya ?

Alirannya bebas apa aja…

Mengapa band The Panas Dalam tidak memasuki label rekaman yang lebih besar ?

Karena kami kecil..

Tapi supaya lebih dikenal masyarakat luas ?

Kalau dikenal sama masyrakat luas di Indonesia berarti itu murahan. Selera masyarakat Indonesia rendah nah kalau disukai masyarakat Indonesia berarti rendah

Jadi band-band yang sekarang menurut anda murahan?

Ya ga tau mereka mah…Kan gini kalau saya bawa kaset Rolling Stone dengan Kangen Band ke daerah di desa-desa Indonesia mana yang dipilih ?

Kangen Band.

Kangen Band makanya berarti nggak mungkin donk saya jadi…artinya bukan berarti Rolling Stone itu jatuh kan kualitasnya, ya karena seleranya aja, yang rating tertinggi TV, TV-TV mana yang ratingnya tertinggi ya TV-TV yang murahan.

Lalu mengapa band panas dalam saat ini sepertinya kurang eksis ?

Karena the panas dalam itu…Jarang tampil di acara-acara, jarang mau tampil aja karena sibuk. Kami kan gini bukan budak masyarakat itu jadi kalau kami nggak mau main ya nggak mau aja uang udah banyak.

Pendapat anda tentang perkembangan musik saat ini di Indonesia khususnya?

Perkembangan musik, nggak berkembang, malah kembali ke…

Pada dasarnya yang menilai itu kan masyarakat luar ya akhirnya kalau masyarakat luar ya tidak berkembang ya tidak berkembang juga

Hampir semua lagu band panas dalam karya anda, inspirasi dari mana ?

Bukan hampir, itu semuanya. Ada dari lingkungan sekitar aja mulai dari anjing yang meninggal sampai ke kawan yang meninggal. Panas dalam itu asalnya untuk mahasiswa ITB hanya untuk kampus aja karena orang lain mah nggak akan mungkin bisa mencernanya.

Jadi The Panas Dalam itu eksklusif?

Bukan eksklusif merasa nggak mau keluar aja kan kawan-kawan di TV, orang televisi itu kan kawan-kawan saya, dia pernah nawarin The Panas Dalam masuk TV dong, nggak mau, kita kan pengen masuk surga.

Kalau idola anda dalam bermusik ?

Dulu waktu SMP suka Bob Dylan, Rolling Stone, The Doors, mungkin itu nggak ada lagi, kesini-sininya mah udah nggak ada.

Sekarang mengenai buku, awal mula anda dapat ide mengeluarkan buku?

Jadi saya tuh suka nulis ya…

Dari blog ?

Nggak terbalik saya tuh setelah mau diterbitkan buka blog untuk promosi gitu lho, orang pikir setelah saya buka blog. Saya mah nggak saya kan gini saya ini kan kerja di Mizan, bukan kerja, freelance kan, suka ngegambar ilustrator setiap mau ngegambar kan naskah orang dibaca dulu kan, dibaca dulu mungkin menurut selera saya menurut penilaian saya banyak buku naskah-naskah yang nggak menarik saya, buku-bukunya ah biasa gitu akhirnya membuat saya ingin saya deh yang bikin buku gitu saya udah lama nulisnya dimanapun berada nulis tapi tiba-tiba kemudian nih mizan nih bikin buku saya, ya ilustrasinya saya lagi saya kan kebetulan ilustrator, covernya saya gitu, kadang-kadang ingin kerja sama sama orang kadang-kadang saya dengan orang itu tuh berbeda selera. Akhirnya saya ambil alih semua bukannya nggak percaya mereka juga nggak percaya karena mereka juga nggak percaya saya.

Saya sudah baca buku Drunken Monster & Drunken Molen itu kisah nyata benar kisah nyata keseharian atau hanya karangan belaka?

Kisah nyata itu Timurnya ada (sambil menunjuk anaknya yang juga sering diceritakan, ditulis kisah-kisahnya di dalam bukunya)

Sebenarnya yang diharapkan anda setelah pembaca membaca buku anda itu apa?

Yang diharapkan, diharapakan tidak kecewa. Ya,memberikan inspirasi bahwa hidup ini beraneka warna termasuk ada saya ada banyak hal tergantung apa orang mau ikuti itu mah urusan dia.

Nggak takut dibilang mengikuti buku seperti Raditya Dika?

Nggak saya nggak tahu, saya nggak tahu Raditya, malah sewaktu saya bikin gitu tiba-tiba ada ya udah. Soalnya semenjak ada Raditya Dika buku komedi keseharian itu banyak muncul. Saya itu orang yang jarang nonton, jadi nggak tahu perkembangan luar apalagi saya itu justru dikasih tahu setelah buku itu beredar, Pid ada lho yang bikin buku, oh saya nggak tahu, baca aja nggak pernah. Saya mah baca Quran aja.

Mengapa kebebasan ekspresi menurut saya lebih tertuang pada buku Drunken Monster dibandingkan Drunken Molen ? lebih bebas ekspersi penulisannya?

Karena kan biasa orang kan yah, menurut saya gitu waktu drunken monster kan orang belum ngasih komentar nggak tahu saya mau bikin buku, tiba-tiba bikin buku baru deh orang-orang pada komentar, biasalah so tahu gitu, Pid, diedit dong, Pid ini dong, jadi masukan itu sedikit pasti mempengaruhi saya, karena biar bagaimanapun buku itu kan buat orang lain maka memang harus mendengarkan orang lain juga.

Jadi ikut selera pasar juga?

Nggak maksudnya ada perubahan yang pasti tidak lepas dari sedikit banyak ada komentar-komentar kawan itu yang mempengaruhi biasa kalau awal mah orang nggak tahu kan pas udah terbit orang-orang tahu itu best seller orang-orang mulai deh kawan-kawan, Pid menurut saya sih bukumu itu, tuh kan sekali lagi kalau saya kerja sama orang lain kadang-kadang malah jadi kacau.

Anda bekerja dalam dunia yang penuh kreativitas, sebenarnya bagaimana cara berpikir kreatif seorang Pidi Baiq itu bagaimana ?

Melawan konsesus umum, bersebrangan dengan pendapat umum, jadi kalau pendapat orang A, nggak ah gue B, nanti cari-cari alasannya, padahal saya sendiri nggak tau apa. Kalau misalnya mengikuti pendapat umum itu sama saja mengulang-ngulang, kalau kita membuat kaya yang umum berarti bukan create. Tidak harus berbeda tapi melakukan perkembangan yang sudah ada, kalau membuat sesuatu yang sudah ada di masyarakat sama saja mengulang itu bukan create. Ya, bersebrangan dengan pikiran yang sudah ada diluar dan keduanya berpikir seenaknya saja. Pada dasarnya semua yang ada di dunia adalah jawaban sementara yang dimaksud oleh imajinasi, kita bisa berimajinasi lain karena masih jawaban sementara.

4 komentar:

  1. Anak saya suka sekali buku buku karangan Bang H. Pidi Baiq ( termasuk saya ), kira2 kapan yah bang Haji ngeluarin buku baru lagi ?

    BalasHapus
  2. hmmmm,,gabung aja di fans FB pidi baiq,,kalo mau tau banyak ttg pidi baiq..

    BalasHapus
  3. Hahahaha....
    Wawancaranya kocak....

    BalasHapus